TUGAS 4 REFLEKSI KULIAH FILSAFAT ILMU PRODI S2 PENDIDIKAN MATEMATIKA KELAS D SELASA 23 FEBRUARI 2021
REFLEKSI KULIAH FILSAFAT ILMU PRODI S2 PENDIDIKAN MATEMATIKA KELAS D
SELASA 23 FEBRUARI 2021
Oleh Prof. Dr. Marsigit, M.A.
Pukul 12.40-14.20
Tiadalah wadah tanpa isi, tiadalah isi tanpa wadah.
Metode berfilsafat itu ada 2 :
1. Intensi
Intensi mengandung arti diperdalam dan dipertinggi
2. Ekstensi
Memiliki arti diperluas dan dipersempit
Manusia itu melakukan kedua hal tersebut sekaligus, tidak bisa salah satu intensi atau ekstensi. Contoh: 1) Jika seseorang sedang memperdalam ilmu, maka dia juga sedang meninggikan dimensi . 2) Saat saya sedang mempersempit pergaulan, dengan mendengarkan kuliahnya Prof. Marsigit, maka saya sedang memperluas ilmu pengetahuan. Hidup itu mengenai sebab akibat, beriringan antara hal positif yang satu pasti akan muncul hal positif lainnya. Walaupun dengan perumpamaan bahasa yang negatif ‘mempersempit’, tetapi jika diikuti kata kerja postif akan menjadi positif.
Berbicara tentang bahasa, ternyata Porf. Marsigit mengatakan bahwa alat yang dipakai untuk berfilsafat adalah bahasa, bahasa yang seperti apa? Yaitu bahasa analog. Bahasa analog lebih tinggi dari bahasa kiasan. Bahasa analog semacam isomorphisma antar dunia.Dunia malam, identik dengan dunia istirahat. Dunia siang, identic dengan dunia bekerja. Apa itu dunia? Dunia adalah semua tanpa kecuali. Artinya, semua yang ada dan yang mungkin ada itu bisa di taruh di depannya dunia. Contoh : dunia wanita, dunia laki laki, dunia anak, dunia ibu, dunia komunikasi, dunia masak memasak, dunia fashion, dunia ekonomi, dan masih banyak lagi.
Contoh bahasa analog : “Hatiku adalah spiritualku” , “laki laki itu pikiran” , “perempuan itu hati”. Namun, sekali lagi bahwa filsafat itu kecenderungan. Jadi bahasanya tidak harus seperti itu. Di dunia itu tidak ada yang tidak analog. Pikiran itu adalah dunia. Di dunia, apa yang tidak ada dalam pikiran kit? Maka, objek objek filsafat itu meliputi yang ada dan yang mungkin ada. Yang ada dan yang mungkin ada itu bisa di dalam dan di luar pikiran. Di dalam pikiran jika kita sudah mengetahui, mendengar, melihat, menyentuh, atau satu di antara itu. Prof. Marsigit memberi contoh dengan menyebutkan nama cucu terkecil Prof. Marsigit. Tentu kami semua belum ada yang tau, itulah contoh objek yang masih ada di luar pikiran. Saat Prof. Marsigit memberi tau nama cucu nya, di situlah sudah masuk dalam pikiran kita. Di luar pikiran dikatakan mungkin ada. Hidup itu interaksi antara realita dan pikiran.
Filsafat itu berdimensi, begitu pula metode dan objeknya. Dimensi itu naik turun, kiri kanan, sempit luas, tinggi rendah. Objek berdimensi itu maksudnya objek formal dan material. Masing-masing punya aspek ontologis, metafisik, hakikat. Objek formal itu bentuknya , objek material itu
isinya. Jadi objek filsafat yang ada dan yang mungkin ada itu berstruktur. Berstruktur juga ersifat formal dan material. Formal dalam bahasa yang mudah dipahami adalah “wadah”, sedangkan material itu “isi”. Contoh : Prof. Marsigit adalah wadah, maka isinya adalah jiwanya Prof. Marsigit. Jiwanya Prof. Marsigit adalah wadah, maka isinya adalah semangatnya Prof. Marsigit. Oleh karena itu, tiadalah wadah tanpa isi, tiadalah isi tanpa wadah. Awal dari kehidupan manusia di dunia itu juga terdiri dari wadah dan isinya. Wadah itu takdirnya, dan isi adalah ikhtiarnya.
Dalam filsafat, sesorang yang menjawab salah bisa jadi benar, benar karena dia menjawab salah. Kenapa salah? bisa jadi dia belum membaca atau belum disuruh belajar tentang materi tertentu. Itulah filsafat. Hal ini bisa untuk melindungi dari orang yang berkuasa. Contoh seorang siswa ditanya oleh guru dan siswa tersebut salah dalam menjawab, jangan dimarahi, tetapi diberi tahu yang benar langkah-langkahnya seperti apa.
Komponen dari berpikir secara murni itu ada sintetik dan hukumnya. Sintetik merupakan hubungan antar persepsi, dan hukumnya itu adalah sebab akibat. Tetapi, sebab akibat itu belum tentu yang benar-benar terjadi, artinya ada factor lain dari sebab yang membuat akibat terjadi. Contoh: Prof. Marsigit melempar batu karena ke kaca, kemudian kacanya pecah. Pertanyaan: Mengapa kaca tersebut pecah? Jawaban filsafatnya adalah: kaca pecah belum tentu disebabkan karena lemparan batu. Bisa saja saat Prof. Marsigit melempar batu, ada orang yang akan menembak burung dengan senapan dan senapannya mengenai kaca Prof. Marsigit, kemudian kacanya menjadi pecah. Dalam filsafat hal tersebut dimungkinkan. Sehingga kaca pecah belum tentu terkena lemparan batu. Dalam menjawab filsafat diperlukan ketelitian berpikir. Maka dalam pikiran murni adalah sintetik a priori.
Macam-macam filsafat. Filsafat diturunkan makan menjadi ideology.
1. Ideology= filsafat yang diterapkan dan mempunyai konteks (missal: ideology sebuah negara) ada demokrasi, liberal, dll kemudian turun lagi,
2. Paradigma. Contoh: paradigma hidup, kemudian turun lagi
3. Teori-teori. Contoh: teori pendidikan, belajar, mengajar, kuliah, dst. Kemudian turun lagi
4. Model. Contoh: model belajar, mengajar, kuliah, kemudian turun lagi menjadi
5. Sintak.
Komentar
Posting Komentar